daun

Sabtu, 25 Oktober 2014

FAKTA SOSIAL DEMOKRASI KEMARITIMAN


A.   Definisi
Definisi kata perkata:
Fakta adalah kenyataan atau sesuatu yang benar-benar terjadi
Sosial adalah kemasyarakatan berkenan dengan kepentingan umum (masyarakat)
Demografi adalah ilmu yang memberikan susunan, jumlah, dan perkembangan penduduk atau gambaran mengenai suatu bangsa dilihat dari suatu sudut pandang.
Kemaritiman adalah hal-hal yang menyangkut tentang maritim/laut

Jadi, fakta sosial demografi kemaritiman adalah fakta atau kenyataan mengenai aspek-aspek kondisi populasi, pendidikan, sektor ekonomi kebaharian, dan aktivitas kebaharian penduduk bahari atau orang-orang yang penghidupan sosial ekonominya bersumber secara langsung atau tidak langsung dari pemanfaatan sumber daya laut.

B.   Kondisi Populasi dan Sosial Ekonomi Penduduk Maritim
            Pada umumnya Negara-negara yang mempunyai wilayah laut, terutama Negara-negara kepulauan di dunia, sebagian besar penduduknya bermukim di daerah pantai dan pulau-pulau. Hal ini dimungkinkan oleh faktor-faktor kemudahan perolehan akses pada berbagai sektor mata pencaharian kelautan dan mobilitas geografi laut bilamana sektor-sektor mata pencaharian di darat mulai terbatas. Di Indonesia, bagian terbesar dari penduduk bahari bermukim di daerah pesisir utara pulau Jawa dan pulau Madura serta pulau-pulau sekitarnya seperti Kangean dan Sapudi, Bawean, Bali, Sulawesi Selatan, Sumatera dan pulau-pulau lainnya. Berdasarkan hasil penilitian social ekonomi dan perbincangan di media massa dan masyarakat, diketahui bahwa penduduk bahari terutama masyarakat desa-desa nelayan pesisir dan pulau-pulau di Negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, sebagian terbesar dalam kondisi miskin, miskin dalam artian ekonomi, kesehatan, pendidikan dan keterampulan, teknologi, yang jelas mempengaruhi rendahnya kualitas dan harkat hidup mereka pada umumnya.
           
            Kenyataan seperti ini semestinya menjadi dorongan bagi masyarakat nelayan dan kelompok-kelompok stakeholders (pemerintah, praktisi, komunitas akademik, lembaga donor, dan LSM) untuk berpaling ke laut dan membangun kekuatan bagi kejayaan dan kemakmuran dari laut dengan mengatasi berbagai kondisi dan kekuatan yang menghambat berbagai kebijakan dan program kelautan yang direkayasa dan diimplementasikan.

3
C.   Sektor Ekonomi dan Kategori Penduduk Maritim
1.     Sektor Ekonomi Kemaritiman
      Sektor ekonomi kelautan sudah cukup banyak dikembangkan oleh masyarakat-masyarakat bahari di Negara-negara pantai atau kepulauan di dunia seperti; pelayaran/perhubungan, perikanan pertambangan, perdagangan hasil laut, industry hasil laut, industry kapal, industry alat-alat tangkap, jasa pengerukan pantai kawasan pelabuhan dan rute-rute pelayaran, pariwisata bahari, jasa Olah raga bahari, birokrasi, dll.
      Namun pada kenyataannya, di Indonesia baru sedikit di antara sekian banyak sektor  ekonomi kebaharian yang berkembang di negara-negara maju tersebut yaitu antara lain;
-          Perikanan
-          Perhubungan
-          Perdagangan
-          Industri hasil laut
-          Industry kapal/perahu dan alat-alat tangkap ikan
-          Pertambangan pasir dan batu karang
      Sub-sub sektor industry yang dimaksud pun sebagian besar masih tergolong tradisional. Demikian juga sub sektor pertambangan berupa pengambilan batu-batu karang dari pasir laut, antara lain di lakukan di NTT, NTB, dan Sumatera Utara. Industry kapal modern dan semi modern, pariwisata dan olahraga bahari belum lama ini dimulai pengembangannya.
      Sesuai beberapa hasil penelitian social budaya dengan metode survey pada masyarakat  pesisir dan pulau-pulau di beberapa desa di Kepulauan Spermonde (Kota Makassar dan Pangkep), kawasan takabonerate (Selayar), dan kelurahan Pulau Sembilan (Sinjai), yang antara lain dilakukan oleh Tim Social Assessment COREMAP Sulawesi Selatan dari tahun 1996/1997 – 1997/1998, diperoleh keterangan tentang adanya 7 sub sektor usaha terkait laut digeluti penduduk pesisir dan pulau-pulau sejak dahulu kala, yaitu:
-         Perikanan
-         Usaha Pengangkutan antar pulau dan pesisir
-         Perdagangan hasil laut dan sarana tangkap
-         Usaha modal/kredit
-         Industry pengolahan hasil laut(ikan kering, pindang, dsb)
-         Industry kapal/perahu dan alat tangkap
-         Penambangan pasir dan batu-batu karang di kawasan terumbu karang  (kegiatan ekonomi yang signifikan merusak ekosistem terumbu karang                               4

2.     Kategori Penduduk Maritim
      Penduduk bahari sebagaimana dikonsepsikan dapat dikategori/digolongkan menurut sektor-sektor atau subsector-subsektor mata pencaharian terkait kelautan yang digelutinya sehingga dapat mempermudah pemahaman. Penduduk bahari tersebut dapat dibedakan atas tiga kategori besar, yakni penduduk nelayan, pelayar/pengusaha transportasi laut, dan pengelola pemanfaatan sumber daya dan jasa-jasa laut lainnya.

a.      Penduduk nelayan
            Menurut asal usul tempat pemukiman, penduduk nelayan di Indonesia dapat dibedakan atas penduduk nelayan pesisir dan pulau-pulau dan penduduk nelayan yang berasal dari keluarga-keluarga yang tinggal secara terpisah-pisah di kawasan permukiman perkotaan, pinggiran kota, dan daerah-daerah pedalaman.
            Penduduk nelayan pesisir dan pulau-pulau tersebut ditandai dengan beberapa ciri yang mencolok, seperti:
-                Menjalankan berbagai bentuk usaha perikanan dengan tipe teknologi tangkap tradisional dan skala kecil
-                Penerapan model diversifikasi usaha kenelayanan
-                Mengandalkan pengetahuan dan keterampilan informal
-                Pola pemukiman yang kurang tertata dan rawan penyakit dan bencana
-                Kemiskinan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan keterampilan formal.

Penduduk nelayan yang berasal dari lingkungan perkotaan dan daerah nelayan yang minoritas tetapi dominan dalam hal penguasaan sumber daya alam, modal, dan teknologi perikanan. Kategori penduduk nelayan dari lingkungan perkotaan dan pedesaan kebanyakan mempunyai pengetahuan dan keterampilan formal dan memiliki ijazah Pendidikan Menengah, Akademi, Sarjana muda, bahkan sarjana lengkap dalam bidang-bidang kejuruan perikanan dan pelayaran. Kompetensi keilmuan dan keterampilan serta status social tersebut mereka peroleh berkat mereka berasal dari keluarga-keluarga kaya atau relative berkecukupan yang mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga memperoleh ijazah atau sertifikat yang memungkinkannya dapat terekrut dalam sektor-sektor ekonomi kelautan yang prospektif.
Penduduk nelayan perkotaan unggul dari segi penguasaan modal dan teknologi, pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkannya menang dalam rangka perebutan dan pengusaaan sumber daya perikanan. Posisi tersebut menghasilkan penduduk nelayan dari perkotaan dalam kondisi kaya, sebaliknya keberadaan mereka mengkondisikan kemiskinan bagi nelayan pesisir dan pulau-pulau yang justru mayoritas jumlahnya.
5
b.      Pelayar Pengusaha Transportasi Laut
           
            Pelayar yang mencakup pengusaha dan pekerja transportasi laut merupakan kategori penduduk pemangku budaya bahari tulen.banyak kalangan ilmuwan,terutama sejarahwan, menganggap para pelayar sebagai kelompok-kelompok masyarakat maritim murni karena dicirikan dengan aktivitas pelayarannya yang intensif mengarungi lautan antar pulau, antar negara dan bahkan antar benua. Seperti halnya penduduk nelayan diindonesia, kategori penduduk bahari pelayar juga dapat dibedakan atau pelayar yang berasal dari wilayah pemukiman pesisir dan pulau-pulau dengan tipe usaha tradisional dan skala kecil  dan pelayar yang berasal dari lingkungan perkotaaan dan pedesaan darat yang mengeoperasikan  usaha pelayaran modern berskala sedang  hingga besar.

Terdapat 4 ciri mencolok dari kategori penduduk pelayar pertama.keempat cirri tersebut ialah :
1.      menjalankan bentuk usaha transportasi laut dengan tipe tekhnologi pelayaran tradisional berskala kecil
2.      penerapan model usaha  intensifikasi
3.       mengandalkan pengetahuan dan keterampilan informal
4.      mendiami desa-desa pantai dan pulau-pulau bersama penduduk nelayan dengan pola pemukiman kurang tertata yang rawan penyakit dan bercana.

              Penduduk pelayar yang berasal dari lingkungan perkotaan dan daerah pedalaman merupakan subkategori pelayar yang minoritas dalam jumlah tetapi dominan dalam penguasaan sumber daya barang komoditas (barang dagangan dan penumpang), modal, tekhnologi pelayaran, dan jangkauan jaringan pelayaran dalam dan luar negeri.kategori penduduk pelayar dari lingkungan perkotaan dan pedesaan pada umumnya mempunyai pengetahuan dan keterampilan formal dan memiliki ijazah Pendidikan Menengah, Akademi, Sarjana Muda, bahkan sarjana lengkap dalam bidang-bidang kejuruan pelayaran. Kompetisi keilmuwan dan keterampilan serta status sosial tersebut diperolehnya berkat asal-usul  meraka dari keluarga-keluarga kaya atau relative kecukupan yang mampu menyekolahkan anak-anaknya  hingga memperoleh ijazah atau sertifika, yang menjadi persyaratan perekrutan dalam sektor-sektor usaha ekonomi kelautan yang bergengsi, yakni menjadi tenaga kerja, karyawan, dan bahkan menjadi manajer atau nahkoda dari kapal-kapal perusahaan swasta dan nasional dengan tingkat upah yang tinggi.

            6        
Tingkat penghasilan tinggi, intensifnya kegiatan, dan luas jaminan pelayaran mengkondisikan penduduk pelayar baik yang berdiam di kawasan pesisir dan pulau-pulau, maupun yang berasal dari lingkungan  perkotaan dan pedesaan darat hanya dapat menerapkan model intensifikasi usaha.
              Dengan aplikasi konsep “model” (capital) dari Bourdieu (1977), penguasaan keempat kategori modal, yakni modal social berupa jaringan perkenalan tingkat tinggi (social capital), modal pengetahuan dan keterampilan diperoleh dari pendidikan formal (knowledge capital), dan modal ekonomi berupa uang (economic capital), memungkinkan kategori pnduduk bahari perkotaan dan pedesaan darat tersebut menguasai peluang memperebutkan lapangan kerja kebaharian (field dalam konsep bourdieu) yang tinggi dan bergengsi, yakni sektor usaha pelayaran swasta atau nasional dan multinasional. Penguasaaan modal dan kemampuan merebut lapangan kerja tinggi dan bergengsi tersebut menempatkan penduduk bahari perkotaan da pedesaan darat tersebut pada posis sosial ekonomi sebagai lapisan terkaya dalam masyarakat bahari secara keseluruhan. kategori-kategori penduduk pelayar pesisir daan pulau-pulau dan nelayan modern skala besar dan sedang menempati posisi sedang. Adapun penduduk nelayan pesisir dan pulau-pulau yang merupakan bagian terbesar dari penduduk bahari  berada pada posisi paling bawah yang dikenal sebagai masyarakat nelayan miskin.

c.      Pengguna Sumber Daya dan Jasa-Jasa Laut yang Lain
           
            Termasuk dalam kategori penduduk pengguna sumber daya dan jasa-jasa laut selain nelayan dan pelayar ialah para pedagan hasil-hasil laut, rentenir, pekerja di pasar atau pelelangan ikan, pengelola dan pekerja industry hasil-hasil laut, pengelola/pengusaha dan pekerja industry perahu/kapal  dan alat-alat tangkap serta semua perangkat perlengkapan berasosiasi infrastruktur pelayaran dan perikanan, yang bermukim bersama penduduk nelayan dan pelayar di wilayah pesisir dan pulau-pulau, para petambang batu karang dan pasir laut, patambang migas dan mineral, pengelola industry pariwisata bahari, penyelam dan olahragawan laut, dan bahkan Marinir/Angkatan Laut dan Satuan-satuan Tugas Keamanan Laut, Pemerintah, peneliti dari lembaga ilmiah dan perguruan tinggi, LSM dan pemerhati lingkunagan laut, dan lain-lain sedikit banyak bisa dikategorikan sebagai pendududk dan warga masyarakat bahari, meskipun sebagian besar dari kesatuan-kesatuan hidup manusia tersebut bukan penduduk pesisir dan pulau-pulau. Diantara subkategori –subkategori masyarakat bahari tersebut, tentu saja satuan-satuan mariner-lah  yang memiliki wawasan dan kadar budaya bahari yang tinngi.
7
D.    Mobilitas Geografi Penduduk Pesisir dan Pulau-Pulau
          Dalam melakukan aktivitasnya, penduduk bahari terutama nelayan dan pelayar di dunia memiliki ciri mobilitas geografi (migrasi atau pengembaraan) yang tinggi, melebihi mobilitas geografi kelompok-kelompok pemburu binatanf di kawasan hutan dan padang rumput yang luas di darat.  penduduk nelayan sebagai pemanfaat  sumber daya perikanan tujuannya iaah daerah-daerah penangkapan (fishing grounds) di perairan pesisir dan laut dalam, sedangkan kea rah darat tujuannya ialah pusat-pusat pemukiman penduduk dalam lingkungan. kota-kota dan desa-desa di mana terdapat pasar atau pelelangan ikan sebagai tempat penjualan tangkapan dan pembelian perlengkapan dan perbekalan. Ciri mobilitas geografi penduduk nelayan yang tinggi terkondisikan dengan lingkungan laut yang luas yang pada umumnya dicirikan dengan pemanfaatan secara terbuka. sifat pemanfaatan secara terbuka memungkinkan nelayan selalu berpindah dari lokasi-lokasi yang berkurang stok sumber daya perianannya ke lokasi-lokasi yang berlimpah stoknya, terutama lokasi-lokasi yang mengandung spesies-spesies yang laris di pasar ekspor.
            Demikianlah, misalnya kebanyakan kelompok-kelompok nelayan dan jawa Madura, dan bawean mencari ikan laying sampai di Kepulauan Natuna, Selat Makassar, Laut Arafuru, Dan Laut Banda.nelayan pencari ikan terbang dan telur ikan dari mandar sejak dahulu menjalajah laut dalam selama berbulan-bulan di Selat Makassar hingga ke Laut Flores.Nelayan Makassar dari Galesong sejak beberapa dasawarsa memperluas wiayah penangkapan iakn terbang dan pencari telur ikan sampai ke perairan Maluku dan pak-pak (irian). Nelayan pancing tongkol dan tuna dari Sulawesi-Selatan juga mendatangi laut Flores dan Maluku, bahkan sebagian nelayan Bugis dari Sinja, yang telah lama menjadikan Teluk Bone dan Laut Flores sebagai daerah tangkapannya, sejak tahun 1998 sudah sampai di perairan cilacap (peraiaran pantai selatan pulau jawa yang berbatasan langsung dengan samudra Hindia yang ganas ombak dan arusnya)yang kaya dengan ikan tongkol. kelompok-kelompok nelayan yang paling berani mengarungi lautan selama berbulan-bulan  ialah nelayan penyelam Bugis dan Bajo di Pulau Sembilan (Teluk Bone), Nelayan Makassar di pulau barranglompo dan pulau kodingareng (kodya Makassar) untuk mencari teripang dan kerang-kerangan ke seluruh perairan Nusantara. dalam pengembaraan ke Kawasan timur Indonesia, mereka mendatangi NTT,Maluku, Biak, hingga ke Marauke. Ke wilayah perairan selatan, mereka mendatangi NTB, yang hingga awal periode 1980-an, dari sini meraka kemudian menyebrang ke perairan pantai utara Australia. Hal menarik perhatian ialah nelaya Madura (jumlah kapalnya tidak kurang dari 10 buah) juga sudah sampai di Teluk Bone sejak tahun 2001 mencari jenis-jenis teripang merah (teripang cera dalam bahasa bugis) yang tidak diambil nelayan Bugis dan Bajo.
            Berbeda dengan kelompok nelayan, kelompok-kelompok pelayar dengan armadanya justru menjadikan pelabuhan kota-kota pantai dimana-mana sebagai tujuan untuk bongkar muat barang dan penumpang. kegiatan para pelayar pada intinya
8
mengenai tiga komponen utama, yakni jual beli barang, bongkar muat barang, dan pelayaran. Terdapat perbedaan dimensi hubungan dunia kebaharian yang dibentuk dan dikembangkan oleh kedua kategori penduduk atau masyarakat nelayan dan pelayar. Nelayan membentuk hubungan dengan lingkungan lautnya secara asimetrik (hubungan melalui beberapa rantai sosial penghubung).pelayar hanya membentuk hubungan secara simetrik dan asimetrik dengan kelompok-kelompok atau masyarakat manusia yang lainnya. Bagi pelayar, karena itu, lautan hanyalah merupakan prasarana jaringan dan rute-rute transportasi antar kota pantai,antar pulau, antar negara, dan bahkan antar benua semata. Berbeda halnya dngan nelayan yang berhubungan  dengan dan tergantung secara mutlak pada laut sebagai sumber tangkapan dan juga pada pasar sebagai tempat penjualan komoditas hasil lautnya.           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar