Proklamasi adalah pernyataan suatu
bangsa untuk bebas dari penjajajahan. Bangsa Indonesia telah melewati
peristiwa itu setelah pada tanggal 17 Agustus 1945
memproklasikan kemerdekaan. Sejak saat itu Indonesia berdaulat sebagai
negara merdeka dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
A. KEKALAHAN JEPANG DAN KEKOSONGAN KEKUASAAN
Perang
Dunia II terjadi setalah Jepang membombardir Pearl Harbour pada 7
Desember 1941. Hancurnya Pearl Harbour, ternyata memudahkan Jepang untuk
mewujudkan citacitanya, yaitu membentuk ersekemakmuran Asia Timur
Raya. Daerah-daerah di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia
berhasil diduduki oleh Jepang. Pembentukan Persekemakmuran Asia Timur
Raya berhasil diwujudkan, meskipun hanya untuk sementara.
Serangan Jepang ke Indonesia
(Hindia Belanda) pertama-tama terjadi 11 Januari 1942 dengan mendarat di
Tarakan (Kalimantan Timur). Balikpapan yang merupakan daerah yang kaya
akan minyak bumi, jatuh ketangan Jepang 24 Januari 1942, disusul
kemudian Pontianak 29 Januari 1942, Samarinda 3 Pebruari 1942,
Banjarmasin 10 Pebruari 1942. Dalam perkembangannya, Jepang mulai
mengalami kesulitan, terutama setelah Amerika Serikat menarik sebagian
pasukannya dari Eropa. Pada bulan Mei 1942, serangan Jepang terhadap
Australia dapat dihentikan karena tentara Jepang menderita kekalahan
dalam pertempuran Laut Koral (Karang). Serangan Jepang terhadap Hawai
juga dapat digagalkan oleh tentara Amerika Serikat dalam pertempuran di
Midway pada bulan Juni 1942. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu, dengan
ditanda tanganinya perjanjian Post Dam, maka secara resmi Jepang
menyerahkan kekuasaan pada Sekutu. Dengan demikian di Indonesia terjadi
kekosongan kekuasaan. Kesempatan ini oleh bangsa Indonesia dimanfaatkan
untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Gambaran yang menunjukkan | perlucutan senjata ketika | Jepang menyerah pada Sekutu | (Sumber: Tugiyono, 1985). |
Setelah
kalian mengamati Gambar diatas dan menjawab beberapa pertanyaan di
atas. Coba bandingkan pemahaman kalian dengan paparan di bawah ini.
Tidak lama setelah serbuan bala tentara Jepang secara mendadak ke
pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour pada tanggal 8
Desember 1941, Amerika Serikat seakan-akan lumpuh. Dalam kenyataannya
Jepang tidak dapat melumpuhkan Amerika Serikat, bahkan Amerika bangkit
dan menjadi musuh yang paling berat bagi Jepang. Melihat fenomena ini
muncul pertanyaan apakah serangan Jepang terhadap Pearl Harbour itu
bukan langkah yang keliru (Lihat Onghokham, 1989: 163). Lebih-lebih
setelah lima bulan Perang Asia Timur Raya berkorbar, Amerika Serikat
telah dapat memukul balik Jepang. Dalam perang laut Karang (4 Mei 1942)
dan disusul dengan perang di Guadacanal (6 Nopember 1942), Jepang secara
berturut-turut menderita kekalahan. Kekalahan yang paling besar dialami
Jepang dalam pertempuran laut di dekat Kepulauan Bismarck (1
Maret 1943).
Untuk mengakhiri peperangan ini,
maka pada tanggal 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom
yang pertama di atas kota Hirosyima. Tiga hari kemudian, tanggal 9
Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan lagi di atas Nagasaki. Akibatnya
bukan saja membawa kerugian material, karena hancurnya kedua kota
tersebut dan banyaknya penduduk yang menemui ajalnya. Tetapi secara
politis telah mempersulit kedudukan Kaisar Hirohito, karena harus dapat
menghentikan peperangan secepatnya guna menghindari adanya korban yang
lebih banyak lagi. Hal ini berarti bahwa Jepang harus secepatnya
menyerah kepada Sekutu atau Serikat. Akhirnya Jepang menyerah tanpa
syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Menurut rencana,
dengan mengambil tempat di atas geladak kapal perang Amerika Serikat
“Missouri” yang berlabuh di teluk Tokyo ditandatangani kapitulasi
penyerahan Jepang antara Jenderal Douglas Mc Arthur dengan Hirohito pada
tanggal 2 September 1945. Sebagai tindak lanjut dari penyerahan itu,
Sekutu mulai mengadakan perlucutan senjata, memulangkan tentara Jepang
dan mengadili penjahat perang. Tugas di Indonesia dilaksanakan oleh
tentara Inggris. Mengapa tentara Inggris dan bukan tentara
Amerika Serikat? Hal ini memang dimungkinkan karena pada akhir tahun
1943 ditetapkan bahwa Pulau Sumatera masuk dalam South East Asia Command
(SEAC), di bawah Admiral Inggris, Lord Louis Mountbatten yang pada
waktu itu bermarkaskan di India. Wilayah kepulauan lain masuk dalam
South West Fasific Command di bawah pimpinan Jenderal Amerika
Serikat Douglas Mc Arthur, yang berkedudukan di Australia.
B. PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA
Karena
terjadi kekalahan Jepang terhadap Sekutu dalam beberapa pertempuran
seperti yang disebutkan diatas, maka Jepang mulai ngobral janji. Janji
itu dikenal dengan janji kemereekaan. Bila bangsa Indonesia mau membantu
Jepang dalam menghadapi Sekutu, maka kelak kemudian hari akan diberikan
kemerdekaan. Untuk mengawalinya dibentuklah Badan yang bertugas
menyiapkan segala sesuatu berkaitan dengan kemerdekaan yang dijanjikan.
Pemerintah Jepang membentuk BPUPKI yang dlam perkembangannya berubah
menjadi PPKI.
Tanggal
15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat
(unconditional surrender). Hal ini diumumkan oleh Tenno Heika melalui
radio. Kejadian itu jelas mengakibatkan pemerintah Jepang tidak dapat
meneruskan janji atau usahanya mengenai kemerdekaan Indonesia. Soal
terus atau tidaknya usaha mengenai kemerdekaan Indonesia tergantung
sepenuhnya kepada para pemimpin bangsa Indonesia. Sementara itu Sutan
Sjahrir sebagai seorang yang mewakili pemuda merasa gelisah karena telah
mendengar melalui radio bahwa Jepang telah kalah dan memutuskan
untuk menyerah pada Sekutu. Sjahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak
agar proklamasi kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan oleh
Sukarno-Hatta tanpa harus menunggu janji Jepang. Itulah sebabnya ketika
mendengar kepulangan Sukarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat dari
Dalat (Saigon), maka ia segera datang ke rumah Hatta dan
memintanya untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tanpa harus
menunggu dari pemerintahan Jepang. Hatta tidak dapat memenuhi permintaan
Sjahrir maka diajaknya ke rumah Sukarno. Namun Sukarno belum dapat
menerima maksud Sjahrir dengan alasan bahwa Sukarno hanya bersedia
melaksanakan proklamasi, jika telah diadakan pertemuan dengan
anggota-anggota PPKI lain. Dengan demikian tidak menyimpang dari rencana
sebelumnya yang telah disetujui oleh pemerintah Jepang. Selain itu
Sukarno akan mencoba dulu untuk mengecek kebenaran berita kekalahan
Jepang tersebut.
C. PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Sikap
Sukarno dan Hatta tersebut memang cukup beralasan karena jika
proklamasi dilaksanakan di luar PPKI, maka Negara Indonesia Merdeka ini
harus dipertahankan pada Sekutu yang akan mendarat di Indonesia dan
sekaligus tentara Jepang yang ingin menjaga status quo sebelum
kedatangan Sekutu. Sjahrir kemudian pergi ke Menteng Raya (markas para
pemuda) bertemu dengan para pemuda seperti: Sukarni, BM Diah, Sayuti
Melik dan lain-lain. Kemudian dilaporkan apa yang baru terjadi di
kediaman Bung Hatta dan Bung Karno. Mendengar berita itu kelompok
muda menghendaki agar Sukarno-Hatta (golongan tua) segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Menurut golongan muda, tidak
seharusnya para pejuang kemerdekaan Indonesia menunggu-nunggu berita
resmi dari Pemerintah Pendudukan Jepang. Bangsa Indonesia harus segera
mengambil inisiatifnya sendiri untuk menentukan strategi mencapai
kemerdekaan. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu
ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal
15 Agustus 1945, pukul 20.30. Hadir antara lain Chaerul Saleh, Djohar
Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana, dan Alamsyah. Rapat
itu dipimpin oleh Chaerul Saleh dengan menghasilkan keputusan
tuntutan-tuntutan golongan pemuda yang menegaskan bahwa kemerdekaan
Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri. Segala ikatan,
hubungan dan janji kemerdekaan harus diputus dan sebaliknya perlu
mengadakan rundingan dengan Sukarno dan Hatta agar kelompok
pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi. Setelah rapat dan
mengadakan musyawarah, maka diambil keputusan untuk mendesak Sukarno
agar bersedia melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya
sehingga lepas dari Jepang. Yang mendapat kepercayaan dari teman-temanya
untuk menemui Sukarno adalah Wikana dan Darwis.
Oleh
Wikana dan Darwis, hasil keputusan itu disampaikan kepada Sukarno jam
22.30 di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur, No 56 Jakarta. Namun
sampai saat itu Sukarno belum bersedia memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia tanpa PPKI. Di sini terjadi perdebatan sengit antara Sukarno
dengan Wikana dan Darwis. Dalam perdebatan itu Wikana menuntut agar
proklamasi dikumandangkan oleh Sukarno pada keesokan harinya.
Peristiwa
ini menunjukkan adanya ketegangan antara kelompok tua dengan
kelompok muda yang memiliki sifat, karakter, cara bergerak, dan dunianya
sendiri-sendiri. Perbedaan pendapat itu tidak hanya berhenti pada adu
argumentasi, tetapi sudah mengarah pada tindakan pemaksaan dari golongan
muda. Tentu saja semua itu demi kemerdekaan Indonesia.
Para
pemuda itu kembali mengadakan pertemuan dan membahas
tindakan-tindakan yang akan dibuat sehubungan dengan penolakan
Soekarno-Hatta. Pertemuan ini masih dipimpin oleh Chaerul Saleh yang
tetap pada pendiriannya bahwa kemerdekaan harus tetap diumumkan dan itu
harus dilaksankaan oleh bangsa Indonesia sendiri, tidak seperti
yang direncanakan oleh Jepang. Orang yang dianggap paling tepat untuk
melaksanakan itu adalah Soekarno-Hatta. Karena mereka menolak usul
pemuda itu, pemuda memutuskan untuk membawa mereka ke luar kota yaitu
Rengasdengklok, letaknya yang terpencil yakni 15 km ke arah jalan raya
Jakarta-Cirebon. Menurut jalan pemikiran pemuda jika
Soekarno-Hatta masih berada di Jakarta maka kedua tokoh ini akan
dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang serta menghalanginya untuk
memproklamirkan kemerdekaan ini dilakukan. Pemilihan Rengasdengkolk
sebagai tempat pengamanan Soekarno-Hatta, didasarkan pada perhitungan
militer. Antara anggota Peta Daidan Purwakarta dan Daidan
Jakarta terdapat hubungan erat sejak mereka mengadakan latihan bersama.
Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil. Dengan demikian
akan dapat dilakukan deteksi dengan mudah terhadap setiap gerakan
tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok, baik yang datang
dari arah Jakarta, maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah. Tujuan
penculikan kedua tokoh ini selain untuk mengamankan mereka dari
pengaruh Jepang, juga agar keduanya mau segera memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang. Pada
dasarnya Soekarno dan Hatta tidak mau ditekan oleh anak-anak muda itu,
sehingga mereka tidak mau memproklamirkan kemerdekaan. Dalam suatu
pembicaraan dengan Shodanco Singgih, Soekarno memang menyatakan
kesediannya untuk mengadakan proklamasi segera setelah kembali ke
Jakarta. Melihat sikap Soekarno ini, maka para pemuda berdasarkan
rapatnya yang terakhir pada pukul 00.30 waktu Jawa jaman Jepang (24.00
WIB) tanggal 16 Agustus 1945 terdapat
keputusan
akan menghadakan penculikan terhadap Soekarno dan Hatta dalam rangka
upaya pengamanan supaya tidak terpengaruh dari segala siasat
Jepang. Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 (waktu Jepang) atau
pukul 04.00 WIB penculikan (menurut golongan tua) dilaksanakan. Tidak
diketahui secara jelas siapakah yang memulai peristiwa ini. Ada yang
mengatakan Sukarni-lah yang membawa Soekarno-Hatta dini hari ke
Rengasdengklok. Menurut Soekarno Sjahrir-lah yang menjadi
pemimpin penculikan dirinya dengan Hoh. Hatta.
Di
Rengasdengklok inilah Bung Karno didesak untuk memproklamirkan
kemerdekaan. Menurut Diah gagasan ini semacam ilham. Di kota ini
diharapkan dapat dipergunakan sebagai tempat pemusatan kekuasaan
bersenjata yang akan merebut Jakarta setelah proklamasi.Walaupun sudah
diamankan ke Rengasdengklok, Soekarno-Hatta masih tetap
dengan pendiriannya. Sikap teguh Soekarno-Hatta itu antara lain karena
mereka belum percaya akan berita yang diberikan oleh pemuda serta berita
resmi dari Jepang sendiri belum diperoleh. Seorang utusan pemuda yang
bernama Yusuf Kunto dikirim ke Jakarta untuk melaporkan sikap
Soekarno-Hatta dan sekaligus untuk mengetahui persiapan perebutan
kekuasaan yang dipersiapkan pemuda di Jakarta. Achmad Subardjo sibuk
mencari informasi kebenaran tentang penyerahan Jepang kepada Sekutu yang
tiba-tiba dikagetkan dengan hilangnya Soekarno-Hatta. Keberadaan
Soekano-Hatta akhirnya diketahui dari Wikana, saat itu juga Achmad
Subardjo datang ke Rengasdengklok dan berhasil menyakinkan para pemuda
bahwa proklamasi pasti akan diucapkan keesokan harinya pada tanggal 17
Agustus 1945. Sehingga pada tangal 16 Agustus 1945 malam hari
Soekarno-Hatta dibawa kembali ke Jakarta. Sementara itu di Jakarta telah
terjadi kesepakatan antara golongan tua, yakni Achmad Soebardjo dengan
Wikana dari golongan muda untuk mengadakan proklamasi di Jakarta.
Laksamana Muda Maeda bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama
berada di rumahnya. Berdasarkan kesepakatan itu Jusuf Kunto dari pihak
pemuda dan Soebardjo yang diikuti oleh sekretaris pribadinya mbah Diro
(Sudiro) menuju Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno. Semua ini
dilakukan tidak lepas dari rasa prihatin sebagai orang Indonesia,
sehingga terpanggil untuk menghusahakan agar proklamasi
kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan secepat mungkin. Namun
sebelumnya perlu mempertemukan perbedaan pendapat antara golongan tua
dan muda. Untuk itu maka Soekarno dan Hoh. Hatta harus terlebih dahulu
kembali dari Rengasdengklok ke Jakarta. Rombongan yang terdiri dari
Achmad Soebardjo, Sudiro dan Yusuf Kunto segera berangkat menuju
Rengasdengklok, tempat dimana Soekarno dan Moh.Hatta diamankan oleh
pemuda. Rombongan tiba di Rengasdengklok pada jam 19.30 (waktu Tokyo)
atau 18.00 (waktu Jawa Jepang) atau pukul 17.30 WIB dan bermaksud untuk
menjemput dan segeramembawa Seoekarno-Hatta pulang ke Jakarta. Perlu
ditambahkan juga, disamping Soekarno dan Hatta ikut serta pula Fatmawati
dan Guntur Soekarno Putra. Peranan Achmad Subardjo sangat penting dalam
peristiwa ini, karena mampu mempercayakan para pemuda, bahwa proklamasi
akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB. Ini
dapat dikabulkan dengan jaminan nyawanya sebagai taruhannya. Akhirnya
Subeno komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno-Hatta
ke Jakarta. Achmad Subardjo adalah seorang yang dekat dengan golongan
tua maupun muda,bahkan dia juga sebagai penghubung dengan pemuka
angkatan laut Jepang Laksamana Madya Maeda. Dan melalui dia, Maeda
menawarkan rumahnya sebagai tempat yang amandan terlindung untuk
menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik yang sudah lama
ditunggu-tunggu.
D. PENYUSUNAN TEKS PROKLAMASI
E. PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
Sebelum
teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan, terlebih dahulu
Soekarno menyampaikan pidatonya, lengkapnya sebagai berikut:
Saudara-saudara sekalian !
Saja
sudah minta saudara-saudara hadlir disini untuk menjaksikan satu
peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita
bangsa Indonesia telah berdjoang untuk kemerdekaan tanah air kita.
Bahkan telah beratus-ratus tahun ! Gelombangnja aksi kita untuk
mentjapai kemerdekaan kita itu ada naik dan ada turunnya, tetapi djiwa
kita tetap menudju kearah tjita-tjita.
Djuga di dalam djaman Djepang,
usaha kita untuk mentjapai kemerdekaan nasional tidak henti-henti.
Didalam djaman Djepang ini, tampaknja sadja kita menjandarkan
diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menjusun tenaga
kita sendiri, tetap kita pertjaja kepada kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah saatnja kita
benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan
kita sendiri. Hanja bangsa jang berani mengambil nasib dalam
tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnja. Maka kami, tadi malam
telah mengadakan musjawarat dengan pemuka-pemuka rakjat Indonesia, dari
seluruh Indonesia. Permusjawaratan itu seia-sekata berpendapat,
bahwa sekaranglah datang saatnja untuk menjatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara ! Dengan ini kami njatakan kebulatan tekad itu. Dengarlah proklamasi
kami:
Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah yaitu kata tempoh diganti menjadi tempo, sedangkan wakil-wakil bangsa Indonesia diganti dengan Atas nama Bangsa Indonesia dan Djakarta 17-8-05 menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Teks Proklamasi ini akhirnya diproklamirkan pada hari Jumat Legi pada pukul 10.00 WIB di Jalan pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Dalam peristiwa proklamasi itu, disusunlah acara sebagai berikut:
- Pembacaan Proklamasi.
Disampaikan oleh Soekarno, kemudian dilanjutkan dengan pidato singkat berbunyi:
Demikianlah, saudara-saudara !
Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah-air kita bangsa kita!
Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik
Indonesia, medeka kekal dan abadi.
Insya allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu! - Pengibaran bendera Merah Putih.
Pengibaran dilaksanakan oleh Suhud dan Latief Hendradiningrat. Namun secara spontan peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya, sehingga sampai sekarang pengibaran bendera Merah Putih dalam setiap upacara bendera selalu diiringi dengan lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
- Sambutan Wali Kota Suwirjo dan dr. Muwardi.
Peristiwa besar tersebut hanya berlangsung lebih kurang satu jam lamanya. Namun demikian pengaruhnya besar sekali, sebab perstiwa tersebut telah membawa perubahan yang luar biasa dalam kehidupan bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu bukan hanya sebagai tanda bahwa sejak itu bangsa Indonesia telah merdeka, tetapi di sisi lain juga merupan detik penjebolan tertib hukum kolonial dan sekaligus detik pembangunan bagi tertib hukum nasional, suatu tertib hukum Indonesia. Proklamasi kemerdekaan itu merupakan salah satu sarana untuk merealisasikan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur, serta untuk ikut membentuk “dunia baru” yang damai dan abadi, bebas dari segala penghisapan manusia oleh manusia dan bangsa oleh bangsa lain.
F. MAKNA PROKLAMASI
Menurut
kalimat-kalimat yang terdapat di dalam teks Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945 berisi suatu pernyataan kemerdekaan yang memberi tahu
kepada bangsa Indonesia sendiri dan kepada dunia luar, bahwa saat itu
bangsa Indonesia telah merdeka, lepas dari penjajahan. Bangsa Indonesia
benar-benar telah siap untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah
diproklamasikannya itu, demikian juga siap untuk mempertahankan negara
yang baru didirikan tersebut. Hal itu ditunjukkan oleh kalimat pertama
pada naskah
proklamasi yang
berbunyi: “Kami banga Indonesia, dengan ini menyatakan
kemerdekaan Indonesia”. Apabila ditelaah, maka proklamasi kemerdekaan
itu mengandung beberapa aspek:
- Dari sudut Ilmu Hukum, maka proklamasi atau pernyataan yang berisikan keputusan bangsa Indonesia telah menghapuskan tata hukum kolonial untuk pada saat itu juga digantikan dengan tata hukum nasional (Indonesia).
- Dari sudut politik-ideologis, maka proklamasi atau pernyataan yang berisikan keputusan bangsa Indonesia telah berhasil melepaskan diri dari segala belenggu penjajahan dan sekaligus membangun perumahan baru, yaitu perumahan Negara Proklamasi Republik Indonesia yang bebas, merdeka dan berdaulat penuh.
- Proklamasi Kemerdekaan ialah suatu alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan yang meliputi bangsa, tanah air, pemerintahan dan kebahagiaan rakyat.
- Proklamasi sebagai dasar untuk meruntuhkan segala hal yang mendukung kolonialisme, imperialisme dan selain itu proklamasi adalah dasar untuk membangun segala hal yang berhubungan langsung dengan kemerdekaan nasional.
- Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga dapat dipandang sebagai puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya. Perjuangan rakyat tersebut telah mengorbankan harta benda, darah dan jiwa yang berlangsung sudah sejak berabad-abad lamanya untuk membangun persatuan dan kesatuan serta merebut kemerdekaan bangsa dari tangan penjajah.
- Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 bertujuan untuk kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia. Agar kita bahagia, antara lain harus ada kesamaan diantara kita semua meliputi berbagai bidang misalnya bidang ideologi, bidang politik, bidang ekonomi, bidang hukum, bidang sastra kebudayaan, pendidikan dan lain-lain. Dengan berhasil diproklamirkannya kemerdekaan, maka bangsa dan negara Indonesia telah lahir sebagai bangsa dan negara yang merdeka, baik secara de fakto maupun secara de yure.
G. DUKUNGAN DAERAH TERHADAP PEMBENTUKAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA.
Proklamasi Kemerdekaan telah dibentuk negara Republik
Indonesia. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh PPKI dalam rangka
untuk menyempurnakan Indonesia sebagai negara dengan pemerintahan yang
sah yaitu:
Pertama, pada tanggal 18 Agustus 1945
1). Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945.
2). Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.
3). Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai lembaga legislatifnya.
Kedua, tanggal 19 Agustus 1945
1). Pembagian
wilayah Indonesia menjadi, terdiri atas 8 propinsi yaitu; Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Borneo (Kalimantan), Sulawesi, Maluku,
Sunda Kecil, dan Sumatra.
2). Pembentukan Komite Nasional Indonesia di daerah.
3).
Membentuk 13 kementrian yaitu; Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar
Negeri, Departemen Kehakiman, Departemen Keuangan, Departemen
Kemakmuran, Departemen Kesehatan, Departemen Pengajaran,Pendidikan dan
Kebudayaan, Departemen Sosial, Departemen Pertahanan, Departemen
Perhubungan, dan Departemen Pekerjaan Umum.
Ketiga, tanggal 22 Agustus 1945
1). Pembentukan Komite Nasional.
2). Pembentukan Partai nasional Indonesia,dan
3). Pembentukan Badan Keamanan Rakyat.
Kemerdekaan yang diproklamirkan tersebut ternyata mendapat
sambutan yang luar biasa dari daerah-daerah. Respon penting yang perlu
mendapat perhatian adalah dari Yogyakarta. Pada tanggal 5 September 1945
Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan Negeri Ngayogyokarto
Hadidingrat yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negera
Republik Indonesia. Penyambutan kemerdekaan terus terjadi, pada tanggal
19 September 1945 terjadi dua peristiwa penting di tanah air secara
bersamaan. Di Surabaya terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama
Insiden Bendera di Hotel Oranye yaitu perobekan bendera tiga warna
(merah,
putih, dan biru) milik Belanda menjadi dua warna (merah putih). Di
Jakarta terjadi rapat raksasa di Lapangan IKADA (Ikatan Atletik
Djakarta) untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan . Untuk menghindari
terjadinya pertumpahan darah, maka Presiden Soekarno berkata;
”Percayalah rakyat kepada pemerintah Republik Indonesia. Kalau memang saudara-saudara percaya kepada pemerintah Republik yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan itu, walaupun dada kami akan dirobek-robek, kami tetap akan mempertahankan. Maka berilah kepercayaan itu kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan tunduk kepada disiplin”.
”Percayalah rakyat kepada pemerintah Republik Indonesia. Kalau memang saudara-saudara percaya kepada pemerintah Republik yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan itu, walaupun dada kami akan dirobek-robek, kami tetap akan mempertahankan. Maka berilah kepercayaan itu kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan tunduk kepada disiplin”.
Di Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara
serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pagi semua pegawai
instansi pemerintahan dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh
Jepang mengadakan aksi pemogokan. Mereka memaksa orang-orang Jepang agar
menyerahkan kantormereka kepada orang Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar