Manusia
sebagai objek risalah dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu menerima risalah
dan manusia yang kontra risalah. Keterangan mengenai hal ini dapat dilihat
dalam Q.S. 26 69-191.
Kandungan
ayat-ayat pada surah ke 26 tersebut berisi kisah nabi Ibrahim a.s, nabi Nuh
a.s, Nabi Hud a.s, Nabu Luth a.s, dan nabi Syuaib a.s, dengan kaum mereka
masing-masing. Sebagai kaum, para nabi tersebut menjadi kelompok pengikut
risalah rasul mereka masing-masing dan kebanyakan kaum tersebut menjadi
kelompok kontra risalah.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa setiap umat yang disampaikan padanya risalah
Tuhan melalui nabi dan rasul yang diutus kepada mereka, maka umat tersebut akan
terpecah menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok pengikut risalah dan
kelompok kontra risalah. Dalam konteks ini Q.S. Al-Baqarah (2) 213 menjelaskan
bahwa:
“Bahwa
awalnya manusia adalah umat yang satu. Lalu Allah mengutus para Nabi-Nya kepada
mereka sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan lewat kitab yang
berisi kebenaran. Dengan kitab itu pulalah diputuskan perkara-perkara yang
mereka perselisihkan. Namun umat tersebut berselisih tentang kitab yang
diturunkan kepada mereka, hanya karena keingkaran di antara mereka. Allah
memberi petunjuk kepada mereka yang beriman kepada kebenaran kitab yang
diturunkan kepada mereka,berupa jalan lurus dalam menyelesaikan perselisihan
yang terjadi diantara mereka.”
Disisi
lain dapat pula dikatakan bahwa keingkaran mereka terhadap kitab yang
diturunkan kepada mereka disebabkan karena kecintaan mereka terhadap dunia. Hal
ini dipahami dari perpautan ayat 213 dengan ayat 212 dalam surah yang sama.
Dimana ayat 212 menegaskan bahwa kehidupan dunia bagi kelompok sunggu sangat
indah dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman.
Oleh
karena itu dapat dipahami bahwa para nabi dan rasul yang diutus
berhadap-hadapan dengan pluralitas sosial budaya dan sosial politik dan
tentunya pluralitas agama. Jadi ketika para nabi dan rasul diutus kepada suatu
umat, umat tersebut tidaklah hampa budaya tetapi padanya hidup dan berkembang
pluralitas sosial budaya. Fenomena ini menunjukkan bahwa sebagian dari kelompok
umat tersebut ada yang tetap berusaha berpegang pada ajaran para nabi dan
rasulnya. Kelompok pertama inilah yang kemudian senantiasa berharap agar Allah
mengutus kembali seorang nabi dan rasul untuk memurnikan ajaran para nabi dan
rasul sebelumnya. Ketika Allah pun mengutus nabi dan atau pun rasul yang baru
(dan memang sebelum pengutusannya sering kali telah diinformasikan dalam kitab
sebelumnya), maka kelompok inilah yang kemudian beriman dan meyakini rasulv
tersebut dan kitabnya. Sedangkan kelompok kedua yakni kelompok kontra risalah,
yaitu ketika Allah mengutus nabi dan rasul baru pada mereka, mereka pun
bersikap kontra terhadap rasul dan kitab yang baru tersebut.
B.
Konsep Ukhuwah dalam Islam
1.
Ukhuwah Islamiyah
Kata ukhuwah berarti persaudaraan,
maksudnya perasaan simpati dan empati antara dua orang atau lebih.
Masing-masing pihak memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama, baik suka
maupun duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan itu menimbulkan sikap
timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan dan
sikap untuk saling membagi kesenangan kepada pihak lain bila salah satu pihak
menemukan kesenangan Ukhuwah atau
persaudaraan berlaku sesama umat Islam, yang disebut Ukhuwah Islamiyah dan berlaku pula pada semua umat manusia secara
universal tanpa membedakan agama, suku, dan aspek-aspek kekhususan lainnya,
disebut Ukhuwah Insaniyah.
Persaudaraan
sesama muslim, berarti saling menghargai realtivitas masing-masing sebagai
sifat dasar kemanusiaan, seperti perbedaan pemikiran sehingga tidak menjadi penghalang
untuk saling membantu atau menolong karena di antara mereka terikat oleh satu
keyakinan dan jalan hidup, yaitu Islam. Agama Islam memberikan petunjuk yang
jelas untuk menjaga agar persaudaraan sesama muslim itu dapat terjalin agar
terjalin dengan kokoh sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Hujurat/49:10-12.
2. Ukhuwah Insaniyah
Konsep
persaudaraan sesama manusia, ukhuwah insaniyah dilandasi oleh ajaran bahwa
semua umat manusia adalah makhluk Allah. Sekalipun Allah memberikan petunjuk
kebenaran melalui ajaran Islam, tetapi Allah juga memberikan kebebasan kepada
setiap manusia untuk memilih jalan hidup berdasarkan rasionya. Karena itu sejak
awal penciptaan, Allah tidak menetapkan manusia sebagai satu umat, padahal
Allah bisa bila mau. Itulah fitrah manusia (Q.S. Al-Maidah/5:48).
Prinsip
kebebasan itu menghalangi pemaksaan suatu agama oleh otoritas manusia manapun,
bahkan rasul pun dilarang melakukannya, sebagaimana firman Allah dalam Q.S.
Surah Yunus/10:99 dan Q.S. Al-Baqarah/2:256.
Perbedaan
agama yang terjadi di anatara umat manusia merupakan konsekuensi dari kebebasan
yang diberikan oleh Allah, maka perbedaan agama itu tidak menjadi penghalang
bagi manusia untuk saling berinteraksi sosial dan saling membantu, sepanjang
masih dalam kawasan kemanusiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar