daun

Senin, 13 Oktober 2014

TENTANG AGAMA


            Manusia sebagai objek risalah dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu menerima risalah dan manusia yang kontra risalah. Keterangan mengenai hal ini dapat dilihat dalam Q.S. 26 69-191.
            Kandungan ayat-ayat pada surah ke 26 tersebut berisi kisah nabi Ibrahim a.s, nabi Nuh a.s, Nabi Hud a.s, Nabu Luth a.s, dan nabi Syuaib a.s, dengan kaum mereka masing-masing. Sebagai kaum, para nabi tersebut menjadi kelompok pengikut risalah rasul mereka masing-masing dan kebanyakan kaum tersebut menjadi kelompok kontra risalah.
            Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap umat yang disampaikan padanya risalah Tuhan melalui nabi dan rasul yang diutus kepada mereka, maka umat tersebut akan terpecah menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok pengikut risalah dan kelompok kontra risalah. Dalam konteks ini Q.S. Al-Baqarah (2) 213 menjelaskan bahwa:
            “Bahwa awalnya manusia adalah umat yang satu. Lalu Allah mengutus para Nabi-Nya kepada mereka sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan lewat kitab yang berisi kebenaran. Dengan kitab itu pulalah diputuskan perkara-perkara yang mereka perselisihkan. Namun umat tersebut berselisih tentang kitab yang diturunkan kepada mereka, hanya karena keingkaran di antara mereka. Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman kepada kebenaran kitab yang diturunkan kepada mereka,berupa jalan lurus dalam menyelesaikan perselisihan yang terjadi diantara mereka.”
            Disisi lain dapat pula dikatakan bahwa keingkaran mereka terhadap kitab yang diturunkan kepada mereka disebabkan karena kecintaan mereka terhadap dunia. Hal ini dipahami dari perpautan ayat 213 dengan ayat 212 dalam surah yang sama. Dimana ayat 212 menegaskan bahwa kehidupan dunia bagi kelompok sunggu sangat indah dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman.
            Oleh karena itu dapat dipahami bahwa para nabi dan rasul yang diutus berhadap-hadapan dengan pluralitas sosial budaya dan sosial politik dan tentunya pluralitas agama. Jadi ketika para nabi dan rasul diutus kepada suatu umat, umat tersebut tidaklah hampa budaya tetapi padanya hidup dan berkembang pluralitas sosial budaya. Fenomena ini menunjukkan bahwa sebagian dari kelompok umat tersebut ada yang tetap berusaha berpegang pada ajaran para nabi dan rasulnya. Kelompok pertama inilah yang kemudian senantiasa berharap agar Allah mengutus kembali seorang nabi dan rasul untuk memurnikan ajaran para nabi dan rasul sebelumnya. Ketika Allah pun mengutus nabi dan atau pun rasul yang baru (dan memang sebelum pengutusannya sering kali telah diinformasikan dalam kitab sebelumnya), maka kelompok inilah yang kemudian beriman dan meyakini rasulv tersebut dan kitabnya. Sedangkan kelompok kedua yakni kelompok kontra risalah, yaitu ketika Allah mengutus nabi dan rasul baru pada mereka, mereka pun bersikap kontra terhadap rasul dan kitab yang baru tersebut.
B. Konsep Ukhuwah dalam Islam
1. Ukhuwah Islamiyah
            Kata ukhuwah berarti persaudaraan, maksudnya perasaan simpati dan empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama, baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan itu menimbulkan sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan dan sikap untuk saling membagi kesenangan kepada pihak lain bila salah satu pihak menemukan kesenangan Ukhuwah atau persaudaraan berlaku sesama umat Islam, yang disebut Ukhuwah Islamiyah dan berlaku pula pada semua umat manusia secara universal tanpa membedakan agama, suku, dan aspek-aspek kekhususan lainnya, disebut Ukhuwah Insaniyah.
            Persaudaraan sesama muslim, berarti saling menghargai realtivitas masing-masing sebagai sifat dasar kemanusiaan, seperti perbedaan pemikiran sehingga tidak menjadi penghalang untuk saling membantu atau menolong karena di antara mereka terikat oleh satu keyakinan dan jalan hidup, yaitu Islam. Agama Islam memberikan petunjuk yang jelas untuk menjaga agar persaudaraan sesama muslim itu dapat terjalin agar terjalin dengan kokoh sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Hujurat/49:10-12.
2. Ukhuwah Insaniyah
            Konsep persaudaraan sesama manusia, ukhuwah insaniyah dilandasi oleh ajaran bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah. Sekalipun Allah memberikan petunjuk kebenaran melalui ajaran Islam, tetapi Allah juga memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalan hidup berdasarkan rasionya. Karena itu sejak awal penciptaan, Allah tidak menetapkan manusia sebagai satu umat, padahal Allah bisa bila mau. Itulah fitrah manusia (Q.S. Al-Maidah/5:48).
            Prinsip kebebasan itu menghalangi pemaksaan suatu agama oleh otoritas manusia manapun, bahkan rasul pun dilarang melakukannya, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Surah Yunus/10:99 dan Q.S. Al-Baqarah/2:256.
            Perbedaan agama yang terjadi di anatara umat manusia merupakan konsekuensi dari kebebasan yang diberikan oleh Allah, maka perbedaan agama itu tidak menjadi penghalang bagi manusia untuk saling berinteraksi sosial dan saling membantu, sepanjang masih dalam kawasan kemanusiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar